Jumat, Agustus 22, 2008

Sudah 38 Tahun, Wow!! (Kisah Kasih Jeff & Annette Hammond)



Anniversary Jeff & Annette: 22 Agustus 1970-2008

Perjuangan hidup kami berdua merupakan suatu petualangan yang sangat indah. Kami bertemu pada tahun 1968 sewaktu saya di Kelas 3 SMA, Upwey High School, Melbourne, dan Annette sudah di tahun kedua di Universitas Monash, juga di Melbourne.

Annette dibesarkan di keluarga Kristen yang dulunya tinggal di Oakleigh, Melbourne, sampai awal tahun 1966. Kemungkinan opa Annette adalah orang ketiga di Melbourne yang dibaptis dengan Roh Kudus pada awal gerakan Pentakosta sedunia sekitar tahun 1912. Ayahnya pun kemudian dibaptis dengan Roh Kudus. Jadi, Annette menjadi generasi ketiga dalam keluarganya untuk mengalami baptisan Roh Kudus.

Pada awal tahun 1966 itu, keluarga Annette pindah ke Upwey dan Annette menyelesaikan pelajaran SMA-nya di Upwey High School dan menjadi juara sekolah. Annette sangat aktif dalam persekutuan kampus SMA yang tiap minggu berkumpul di saat istirahat sejam makan siang (SMA Australia dari jam 9.00 pagi sampai jam 16.00). Ternyata di sekolah itu (terdiri dari SMA & SMA) tidak ada calon siswa/i pemimpin untuk meneruskan persekutuan itu, sehingga para pemimpin angkatan Annette, termasuk Annette sendiri, tiap minggu berdoa agar Tuhan membangkitkan atau mengutus seseorang ke sekolahnya yang bisa menjadi pengganti mereka.

Pada April tahun 1965, saya telah menjadi seorang percaya yang merasakan panggilan untuk melayani Tuhan. Berhubung saya telah meninggalkan pendidikan dan mulai bekerja di bank setelah SMA kelas 1 pada tahun 1964, maka saya tidak memenuhi persyaratan untuk masuk Sekolah Teologia Anglikan. Saya harus tamat SMA dulu. Maka pada tahun 1967 saya kembali masuk sekolah. Setelah ditolak di sekolah saya yang sebelumnya, Boronia High, lalu akhirnya pada akhir 1966 saya akan diterima di Upwey High. Apakah ini jawaban doa para murid angkatan Annette?

Di akhir tahun 1966, para pemimpin angkatan Annette diberitahu bahwa ada calon pendeta Anglikan akan masuk sekolahnya untuk SMA kelas 2 dan SMA kelas 3. Mereka sangat gembira bahwa doa mereka terjawab, kecuali Annette. Annette kecewa. Ia adalah seorang yang penuh Roh Kudus dan ia mengharapkan seseorang yang dinamis, injili dan penuh Roh Kudus sebagai jawaban doa. Gambaran Annette terhadap Anglikan pada waktu itu tidak mendukung harapannya.

Pada tahun 1967 saya belajar di Upwey High dan terjadi kebangunan rohani. Persekutuan siswa-siswi yang telah percaya Yesus bertumbuh dari 20 orang menjadi 50 orang, dan kami telah memulai program kelompok berdua-dua dalam berdoa serta bersaksi kepada siswa-siswi lain. Kadang lebih dari 200 siswa/i yang mengikuti program kami.

Annette telah mendengar tentang perkembangan ini dari dua orang adiknya yang juga belajar di sekolah itu. Bahkan salah satu adiknya menawarkan bahwa calon Annette adalah si pemuda yang sekarang memimpin gerakan itu di kampus sekolah. Annette tidak tertarik karena dua alasan: pertama, dia (Jeff) tidak bertubuh tinggi dan kedua, dia Anglikan. Namun karena gerakan terus berjalan Annette semakin tertarik sehingga ia mengirim surat kepada saya untuk menawarkan grup penyanyi dari gerejanya untuk mendukung program penginjilan kami. Saya membaca suratnya tetapi saya tidak tertarik. Mengapa? Saya sudah mendengar tentang Annette. Orang-orang bilang dia adalah seorang Pentakosta. Gambaran saya tentang Pentakosta waktu itu sangatlah negatif, bahkan saya ragu apakah mereka sesuangguhnya Kristen.

Pada bulan Maret 1968, Annette, sebagai mantan juara sekolah, diundang ke Upwey High untuk dua event. Pertama, untuk memberi kuliah di kelas Sejarah Australia, dan yang kedua untuk memberi presentasi kepada seluruh sekolah tentang transisi dari SMA/SMA ke Universitas. Jadi, saya menjadi murid Annette. Saat Annette memasuki ruang kelas saya, dan walaupun pada waktu itu saya belum mengenal dia, jantung saya telah meledak dan saya langsung tahu bahwa inilah dia orangnya yang akan menjadi pasangan hidup saya. Betapa terkejut saya saat dia diperkenalkan. Inilah Annette itu! Inilah si cewek Pentakosta!

Setelah kelas selesai saya langsung memperkenalkan diri kepada Annette dan telah mengatur utnuk bertemu kembali. Ini adalah pengalaman yang shock bagi saya. Ternyata si cewek Pentakosta ini sangat cinta Yesus dan FirmanNya. Dia sangat dalam dan aktif belajar Firman Tuhan setiap hari. Ia pun aktif mengikuti Sekolah Alkitab Malam tiap minggu. Saya melihat semua catatannya dari penggaliannya dalam Firman Tuhan, dan saya sangat kagum akan dia.

Tidak sampai dua bulan saya mengenalnya, saya menawarkan kepadanya untuk menjadi pasangan hidup saya dan untuk melayani Tuhan bersama. Dengan visi yang sama yang semakin jelas untuk melayani Tuhan bersama di Indonesia, kami telah membuat perjanjian bersama untuk mempersiapkan diri untuk tujuan yang mulia itu.

Setelah itu, saya masuk Sekolah Teologia Calvary Bible College (CBC), sedangkan Annette telah menyelesaikan BA-nya di Monash kemudian masuk ke CBC juga. Sehari setelah tahun pelajaran berakhir, kami menikah pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 1970.


Masa Persiapan 1968-1970

Setelah mengenal Annette terjadi krisis dalam pola pikir saya. Sebagai calon pendeta Anglikan tentu pengertian saya tentang baptisan air dan baptisan Roh Kudus diwarnai paham Anglikan, yaitu tentang baptisan percik anak-anak dan bahwa zaman baptisan Roh Kudus telah berakhir pada tahun 100M. Pandangan Annette tentang kedua hal itu menjadi tantangan berat buat saya sehingga kedua doktrin itu harus saya pelajari secara mendalam. Saya tidak mau mengubah posisi saya sekedar karena saya mencintai seorang cewek. Dalam pikiran saya, kalau boleh, saya mengubah pandangan dia menjadi sama dengan pandangan saya. Akhirnya saya tidak mengubah pandangan Annette karena saya menajdi sadar bahwa posisi saya yang lama tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Oleh sebab itu, pada bulan Mei 1968, saya dibaptis dengan Roh Kudus dan pada Januari 1969 saya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus secara selam.

Setelah kami mulai berpacaran, tiga kali menguji kehendak Allah supaya memastikan apakah rencana kami sesuai dengan kehendak Allah. Di zaman itu, tidak ada istilah pra-nikah atau bimbingan untuk pasangan-pasangan muda, namun kami sudah tahu bahwa suatu rumah tangga harus dibangun atas dasar yang kuat, yaitu - 1. Keyakinan kuat bahwa rencana ini adalah kehendak Allah; 2. Bahwa kami saling mengasihi dan bersedia menyerahkan hidup satu sama lain; 3. Panggilan pelayanan, misi & tujuan hidup selaras. Dengan tiga dasar inilah kami melangkah menuju hari yang mulia.

Beberapa bulan sebelum kami menikah, kami dipakai Tuhan untuk memenangkan beberapa orang dari satu keluarga untuk mengenal Yesus. Suatu pasangan suami-istri (Asleigh dan Judy) serta adik Judy yang bernama Helen. Mereka telah menjadi teman akrab kami. Begitu akrabnya, hingga Judy telah memberikan baju pengantinnya kepada Annette agar dipakai oleh Annette pada hari pernikahan kami. Seminggu sebelum pernikahan kami, terjadi kecelakaan lalu-lintas dan Judy meninggal dunia. Asleigh dan Helen mengalami luka-luka. Acara pemakaman itu terjadi pada tanggal 19 Agustus, hanya tiga hari sebelum acara pernikahan kami di ruang ibadah yang sama. Keluarga Judy minta izin untuk mengikuti acara pernikahan karena ingin melihat Annette memakai baju pengantin Judy. Setelah acara pernikahan, ibu Judy dan adik-adiknya menyerahkan hidup kepada Yesus dan sampai hari ini menjadi pelayan dan aktivis dalam pelayanan gereja di Australia.

Pada hari pernikahan saya harus melewati suatu ujian yang berat. Gembala kami, Ray Jackson Sr., kadang mempunyai cara yang tidak lazim untuk menguji calon pelayan. Selama sebulan sebelum pernikahan saya sudah minta waktu untuk konseling dengan beliau, untuk semacam konseling pranikah, tetapi saya tidak mendapatkan waktu untuk menemuinya sampai hari pernikahan dan saya harus ketemu dengan beliau dua jam tepat sebelum acara pernikahan.

Acara pernikahan dijadwalkan untuk jam 14.00 siang hari, jadi pada jam 12.00 saya tiba di kantor gereja untuk berbicara dengan gembala kami itu. Beiau membuka pintu kantor dan berkata, "Gereja belum dibersihkan. Pergi sekarang dan bersihkan gereja!" Bersama satu kawan, kami ganti pakaian dari baju nikah lalu selama sejam kami membersihkan ruang ibadah. Setelah itu kami mandi dan ganti pakaian lalu kembali ke kantor gembala tetapi sekarang beliau sudah terlalu sibuk dengan persiapan untuk acara sehingga tidak dapat lagi bertemu sebelum acara.


Upacara Pernikahan

Pada jam 14.00 acara dimulai. Seperti kebiasaan di Australia, saya bersama dua teman pengantin pria sudah ada di depan menantikan kedatangan pengantin wanita yang akan diantar oleh ayahnya. Annette dan saya sudah mengatur supaya Annette tiba 20 menit lebih lambat dari yang dijadwalkan. Ini karena ada banyak tamu, keluarga saya, yang adalah non-Kristen, dan saya ingin mereka menikmati suasana pujian dan penyembahan dalam jemaat kami. Selama 20 menit itu ada nyanyian-nyanyian yang indah. Sekitar 500 orang menghadiri acara pernikahan kami. Paduan suara "Immanuel Choir" menyembut kedatangan Annette dengan nyanyian, "Oh Yerusalem Kota Mulia":

OH YERUSALEM

Oh Yerusalem kota mulia, Hatiku rindu kesana

Oh Yerusalem kota mulia, Hatiku kurindu kesana


Reff :
Tak lama lagi Tuhanku datanglah, Bawa saya masuk sana
Tak lama lagi Tuhanku datanglah, Bawa saya masuk sana

Setelah Annette tiba di depan, penyanyi favorit kami, Lorene McPherson, menyanyikan sebuah lagu lagi tentang "Yerusalem, Kota Allah". Inilah weblink untuk Anda dapat mendengar lagu ini (walaupun kami merasa Lorene telah menyanyikannya lebih baik daripada yang ada di internet). Visi Yerusalem ini telah menjadi suatu daya pendorong bagi misi hidup kami untuk mempersiapkan Gereja Tuhan sebagai Mempelai Wanita Kristus. Klik dan dengarkan nyanyian yang indah ini: http://hometown.aol.com/walkn4jesus/Page1.html


Inilah kata-kata nyanyian itu:


Last night I lay asleeping,
There came a dream so fair;
I stood in old Jerusalem
Beside the temple there.
I heard the children singing,
And ever as they sang,
Me thought the voice of angels
From heaven in answer rang;
Me thought the voice of angels
From heaven in answer rang;

Jerusalem! Jerusalem!
Lift up your gates and sing,
Hosanna in the highest!
Hosanna to your King!

And then me thought my dream was changed,
The streets no longer rang,
Hushed were the glad hosannas
The little children sang.
The sun grew dark with mystery,
The morn was cold and chill,
As the shadow of a cross arose
Upon a lonely hill,
As the shadow of a cross arose
Upon a lonely hill.

Jerusalem! Jerusalem!
Hark! How the angels sing,
Hosanna in the highest!
Hosanna to your King!

And once again the scene was changed,
New earth there seemed to be;
I saw the Holy CIty
Beside the tideless sea;
The light of God was on its streets,
The gates were open wide,
And all who would might enter,
And no one was denied.
Noneed of moon or starts by night,
Or sun to shine by day;
It was the new Jerusalem
That would not pass away,
It was the new Jerusalem
That would not pass away.

Jerusalem! Jerusalem!
Sing for the night is over,
Hosanna in the highest!
Hosanna forevermore!

Di dalam ibadah pernikahan kami ada lagu-lagu dari paduan suara dan grup penyanyi "Gospel Firebrands". Acaar itu berjalan dengan sempurna. Dalam kotbah nikah, gembala kami berkata, "Pasangan muda ini dipanggil Tuhan dan dalam waktu segera akan berangkat sebagai misionaris ke Indonesia." Kotbahnya sangat bagus dan menguatkan kami. Ibadah berakhir dengan kami berjalan keluar dengan iringan, "Hidupku tidak sama lagi."



Hari ini, 38 tahun telah genap sejak hari yang mulia itu. Sungguh Tuhan-lah yang telah menjodohkan kami sehingga kami saat ini menjadi pasangan suami-istri yang sangat berbahagia. Ketiga komitmen dasar saat kami berpacaran telah menjadi dasar kehidupan berumah tangga dan pelayanan kami. Oleh anugerahNya kami telah dipelihara dan kasih kami satu kepada yang lain tidak menurun, malah semakin kuat. Ayat motto kami saat berpacaran dan sampai hari ini adalah Mazmur 34:2-3:

"Karena TUHAN, jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan namaNya!"

3 komentar:

Raymundus Yosibrata,S.Kom,MM. mengatakan...

Waduh..., luarbiasa, kayaknya Bulan Agustus adalah Bulan "kramat" (hokky) untuk menikah hahaha, buktinya ada 3 tokoh penatua yang merayakan ulang tahun pernikahan : Pnt.Seno Widjaya & Ibu Friska, Pnt.Eddy Leo & Ibu Rose Leo dan terakhir adalah Pnt.Jeff Hammond & Ibu Annete Hammond.Dengan ini saya ucapkan Selamat merayakan ulang tahun pernikahan Bung Pnt.Jeff & Ibu Annete Hammond yang telah memberikan contoh hidup yang luarbiasa dalam membangun mahligai pernikahan, baik dalam masa suka maupun duka. Usul nih kepada Segenap Jemaat abbalove, mengingat jasa-jasa Mr.Jeff Hammond yang sangat luarbiasa, berkat intuisi tajam dari Bung Jeff yang turut menghantarkan abbalove ministries menjadi berkat yang luarbiasa bagi Gereja-Gereja, baik di Indonesia maupun di luarnegeri, maka ada baiknya jika Bung Pnt. Jeff Hammond & Ibu Annette Hammond bisa merayakan pernikahan yang ke 40 tahun,pada tahun 2010 maka selayaknya jemaat abbalove memberkati Pnt Jeff & ibu Annette dengan dirayakan secara besar-besaran & meriah.Tokoh Pengantar kotbah 40 tahun pernikahan adalah siapa lagi kalau bukan Bung Pnt.Eddy Leo, dirayakan di Istora Senayan, tentu saja ada seminar2 khusus tentang suka cita pernikahan, bagaimana resepnya mempertahankan pernikahan.Pakai tiket masuk ? Siapa Takut ? Jemaat kamguan (rela) kok membeli tiket masuk ke istora merayakan 40 tahun pernikahan Mr.Jeff & Mrs.Annete Hammond... hahaha okey??

Budy mengatakan...

Dahsyat....
P'Jeff, kami haus dan haus lagi untuk menerima berkat-berkat rohani dari Bapak.

Terima kasih sudah menjadi penatua dan memberkati kami..

My our God bless U and Ur today until Jesus come again.

Br, Budy Santoso

endang mengatakan...

Om.... jeff, panggilan akrab saya dengan beliau...

Om jeff, thanks ya.. Kisah dan kesaksian hidup beliau ini luar biasa..

sekeluarga kami mengenai beliau ini, termasuk orang tua saya !
Firman yang disampaikan begitu tajam. Teladan hidupnya begitu kuat. Apalagi untuk bu Annette, seorang wanitanya Allah !!

Saya akan menceritakan semua teladan yang pernah diberikan ke generasi berikutnya,sehingga mereka akan mencontohinya.

GBU