Sabtu, September 27, 2008

Sumarno Kosasih & Woen Soen Lan

Proses saya bertemu dengan Sun Lan bermula dari saya mengajar dia dan bersama dia dalam suatu jemaat lokal yang sama. Tanpa saya sadari ternyata Tuhan telah mempersiapkan dia menjadi pasangan saya. Saya mengenal Sun Lan sejak saya belum bertobat, waktu itu saya mengajar dia dalam pelajaran Fisika, Matematika dan Kimia pada masa-masa studi di Sydney, Australia. Setelah saya bertobat, kami terlibat dalam jemaat lokal yang sama. Saya mengagumi Sun Lan karena banyak hal. Kasihnya, perhatiannya, kedewasaannya, kemandiriannya, juga ia berani hidup susah dan tidak cengeng. Hal-hal inilah yang saya cari dalam diri seorang istri.

Pada tahun 1985, saya, Sun Lan dan seorang teman kami harus melakukan perjalanan ke kota Canberra untuk sebuah kegiatan. Namun ternyata teman kami itu tidak bisa ikut bersama kami, sehingga saya pergi berdua saja dengan Sun Lan. Dalam perjalanan kereta api dari Sydney ke Canberra, saya duduk bersama Sun Lan. Senang sekali saya dapat pergi bersama Sun Lan, sehingga saya pun memberanikan diri mengutarakan perasaan saya kepadanya. Karena terkejut dengan pernyataan saya, Sun Lan sempat diam saja tanpa memberikan jawaban apapun. Hal ini membuat saya bingung. Lalu ia minta waktu selama 1 bulan untuk berpikir dan akhirnya memutuskan untuk menerima saya menajdi pasangannya.

Selama 7 tahun saya dan Sun Lan membangun hubungan pranikah, banyak hal kecil yang membuat hubungan kami kadang berjalan tidak begitu baik. 7 tahun merupakan waktu yang tidak sebentar untuk membangun hubungan pranikah. Salah satu hal yang saya lihat pada hubungan kami adalah perbedaan yang mencolok antara saya dengan dia. Sun Lan adalah seorang yang rapi sedangkan saya adalah tipe berantakan; Sun Lan suka mempersiapkan segala sesuatunya dari awal sedangkan saya cenderung melakukan berbagai hal dengan mendadak. Seiring dengan berjalannya waktu, kami berdua terus diproses hingga berubah dan bertumbuh. Saya melihat bahwa sebenarnya bimbingan sangat penting bagi mereka yang sedang memepersiapkan diri untuk menikah. Sayang sekali saya dan Sun Lan dulu tidak mendapatkan bimbingan semacam ini, karena tidak ada di jemaat lokal kami. Bersyukur sekali bahwa di Abbalove Ministries terdapat BPN (Bimbingan Pra-Nikah). Saya sangat mendorong untuk tiap pasangan memberikan diri dibimbing dan diayomi di BPN.

Saya dan Sun Lan menikah pada tanggal 18 Januari 1992. Melewati tahun-tahun pernikahan, Tuhan mengaruniakan kepada kami 2 orang anak yang kami beri nama Eunike dan Benaya. Mereka berdua mempunyai temperamen yang berbeda, dan memiliki anak-anak seperti mereka sungguh menyenangkan. Saat ini kami sekeluarga tinggal di daerah Gading Serpong dan kami sangat bersukacita dapat dipakai untuk melayani Tuhan di Abbalove Ministries. Selengkapnya...

Kamis, September 11, 2008

Happy Anniversary

Selengkapnya...

Selasa, September 09, 2008

1968 - ... ... (Kisah Kehidupan Seno Widjaja)

Masa Kecil Dalam Keluarga


-Saya saat bayi-

Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga dengan latar belakang dari kota Medan. Papa dan mama saya lahir di Medan, sedangkan saya sendiri lahir di Palembang pada tanggal 16 Desember 1968. Orang tua saya memberikan nama kepada saya: SENO WIDJAJA. Saya memiliki seorang kakak perempuan bernama RINA WIWARNI.

Masa kecil saya lewatkan di kota Palembang sampai kelas 3 SD. Kemudian, sekeluarga kami pindah ke kota Jakarta. Masa-masa pendidikan saya jalani di:
- SD Xaverius IV, Bukit Kecil Palembang (kelas 1-3); tahun 1974-1977
- SD Bhinneka Tunggal Ika, Jakarta (kelas 4-6); tahun 1977-1980
- SMP Bhinneka Tunggal Ika, Jakarta; tahun 1980-1983
- SMAN 2, Jakarta; tahun 1983-1986
- Universitas Tarumanegara, Fakultas Ekonomi; tahun 1986-1991
- Institute of Community Development Studies, Jurusan Misiologi; tahun 1999-2001

Saat SMA, tepatnya pada tahun 1983, saya mulai mengikuti persekutuan di PDPI (Persekutuan Doa Penyebaran Injil) di daerah Mangga Besar, yang lebih dikenal dengan sebutan "Gang Anjing", di rumah Kak Sofjan (sekarang salah satu Penatua Abbalove Ministries). Saya mengikuti PDPI ini karena diajak oleh seorang saudara sepupu saya. Namun, walau dibaptis air pada tahun 1983, saya belum mengalami perubahan hidup saat itu.

Masa-masa ini merupakan masa-masa yang sulit bagi keluarga kami. Papa dan mama mengalami kegagalan dalam bidang ekonomi, dan mama meninggal dunia pada tahun 1988, saat saya duduk di bangku kuliah. Karena berbagai kesulitan inilah, saya lalu tinggal di rumah saudara sepupu saya. Semua ini membuat hidup saya selalu dibayang-bayangi rasa gagal, rasa minder, dan rasa tidak puas terhadap Tuhan. Tetapi ternyata, Tuhan mengetuk hati saya melalui kehidupan saudara sepupu saya. Tinggal di rumahnya membuat saya melihat begitu banyak perubahan dalam hidupnya. Ini membuat saya merindukan adanya perubahan juga dalam hidup saya.


Mengenal Yesus & Melayani Dia

Akhirnya pada tahun 1985, tepat pada malam sebelum saudara sepupu saya itu berangkat untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri, ia menantang saya dan melayani saya secara pribadi. Malam itulah, saya mengalami baptisan Roh Kudus. Dan ini sungguh-sungguh mengubah hidup saya. Tuhan mengubah saya yang tadinya hanyalah seorang pemuda yang pemalu menjadi seorang saksi yang berani berkata-kata tentang Injil. Inilah yang menjadi titik awal kehidupan saya bersama Yesus.

Sejak itu, saya mulai bertumbuh di KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) Daud. Di tahun 1986 saya pun mulai terlibat dalam pelayanan di bidang warta gereja (yang merupakan cikal-bakal warta gereja kita saat ini) dan buletin doa Getsemani. Pelayanan ini saya jalani selama sekitar 5 tahun. Dalam masa 5 tahun ini, bersama beberapa rekan lain saya juga mulai merintis pelayanan pemuda (yang nantinya bertumbuh menjadi pelayanan Prakarsa: profesi, alumni, karyawan, usahawan). Di tahun 1989, saya juga mulai dipercayakan untuk memimpin pelayanan mahasiswa, yang dimulai dengan terbentuknya PMG (Pelayanan Mahasiswa Gabungan).

-Menjadi komandan upacara di PMG-

Dalam perjalanan pelayanan mahasiswa ini, tanpa sadar saya banyak sekali "melukai" orang-orang yang saya pimpin. Ternyata ini disebabkan oleh belum pulihnya kondisi hati saya dalam hal gambaran seorang bapa. Sampai suatu waktu di tahun 1994, Tuhan memulihkan hubungan saya dengan papa saya, sehingga terjadi pemulihan hati bapa dalam hidup saya.

Pada tahun 1996, saya mulai merintis jemaat di Jakarta Barat. Tempat pertama yang kami gunakan adalah toko kue Cherry Red di daerah Roxy. Ini merupakan awal yang sangat sulit bagi saya, apalagi selama hampir 2 tahun pertama, jumlah jemaat "hanya" tetap 80 orang saja. Namun melalui suatu pernyataan yang Tuhan berikan lewat seorang rekan, yaitu bahwa akan keluar ribuan bintang dari tempat kami berdoa, saya mendapatkan peneguhan dan kekuatan baru untuk terus melangkah serta tidak menyerah melayani di Jakarta Barat. Setelah 2 tahun, di tahun 1998 saya mulai merintis sebuah ibadah untuk kelompok usia keluarga di Greenville Maizonette, Jakarta Barat. Komsel keluarga yang pertama dibuka bertempat di Apartemen Taman Anggrek. Dan akhirnya setelah 7 tahun melayani di Jakarta Barat, saya mendapati Tuhan telah melahirkan banyak pemimpin-pemimpin baru yang siap untuk memimpin di kelompok usia masing-masing.


Kisah Yang Terus Berlanjut

Di tengah-tengah perjalanan hidup saya melayani Tuhan, tepat pada tanggal 9 Agustus 1997, Ia memberikan seorang pendamping hidup bagi saya, Friska. Suatu generasi ilahi pun Ia karuniakan kepada keluarga kami, dengan lahirnya:
- Joshua Evan Widjaja, pada tanggal 7 Juli 1999;
- Jeremy Nathaniel Widjaja, pada tanggal 19 Mei 2001;
- Jeane Charysa Widjaja, pada tanggal 26 Agustus 2005.

-Keluarga yang Tuhan anugerahkan kepada saya-

Kisah yang Tuhan tuliskan bagi hidup saya terus berlanjut. Di tahun 2000, saya dipercayakan sebagai wakil ketua Yayasan Media Buana Indonesia (lebih dikenal dengan nama Metanoia), lalu pada tahun 2004 saya dipercayakan lebih lanjut menjadi ketua yayasan tersebut. Kemudian, di tahun 2005 juga saya pun dipercayakan untuk meng-oversee Yayasan Derek Prince Ministries sebagai ketua sampai sekarang.

Setelah melewati berbagai proses persiapan, Tuhan juga membawa saya diteguhkan sebagai salah satu penatua Abbalove Ministries, tepatnya pada tanggal 17 September 2006, bersama dengan Bp. Lukas Winarno dan Bp. Sumarno Kosasih (selain ketiga penatua yang telah berfungsi sejak sebelumnya: Bp. Eddy Leo, Bp. Sofjan Sutedja dan Bp. Jeff Hammond). Kemudian di tahun 2008 ini, lewat doa dan berbagai peneguhan, Tuhan memberi saya suatu beban untuk melayani para profesional muda, keluarga muda, para pemimpin generasi selanjutnya dan market place ministry.

-Saya & istri sedang didoakan dalam peneguhan menjadi salah satu penatua Abbalove Ministries-



Perubahan hidup yang saya telah alami selama ini membuat saya sungguh merindukan agar setiap jiwa yang saya jumpai juga mendapatkan hal yang sama seperti apa yang sudah pernah saya dapatkan dengan hadirnya Yesus dalam hidup saya. Inilah yang melahirkan kerinduan di hati saya untuk terus mementor generasi berikutnya...


(Seno Widjaja) Selengkapnya...